Namaku adalah Reza Juniantara Pahlevi. Aku
dilahirkan di sebuah kota yang sangat terpencil dan jauh dari pusat keramaian
kota yaitu kota Lumajang. Kota yang terkenal dengan sebuah gunung yang sangat megah
di pulau Jawa yaitu gunung Semeru. Walaupun kota ini sangatlah jauh dari
keramaian, namun bagiku kota ini menyimpan sejuta kenangan disana.
Pada bulan Januari 2018, aku semakin bingung
untuk memilih kampus mana yang cocok buatku untuk kuliah nantinya. Bapak dan
Ibuku hanya merestui aku untuk kuliah di dua kota saja yaitu Jember dan
Surabaya. Bapak juga menyarankan untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Islam
karena aku berasal dari Madrasah Aliyah. Menurut Bapak supaya ilmu agama yang
kupelajari saat sekolah di Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah ini tidak
hilang. Ibu ku juga menyetujui saran dari Bapak. Namun aku punya pendirian lain
yaitu ingin masuk Universitas Negeri yang umum tidak berbau agama lagi.
Menurutku biar ada perubahan yang lebih baik kedepannya.
Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2018 sudah dibuka, Kawan kawan ku banyak yang
memilih Universitas yang bagus bagus. Banyak juga dari kawan kawanku berbondong
mendaftar ke Universitas Brawijaya Malang, Universitas Negeri Malang,
Universitas Gajah Mada Yogyakarta dab Universitas Indonesia. Kebetulan seleksi
ini menggunakan nilai rapor dan gratis tanpa biaya pendaftaran. Aku pun mulai
kebingungan memilih kampus mana yang akan aku tuju.
Aku bertanya tanya ke semua orang baik dari
guru BK, wali kelas, sahabat-sahabatku, hingga ke Bapak dan Ibu. Aku melihat
kedua orang sahabatku yaitu Soleh dan Hamzah mendaftar di kampus yang sama
yaitu Universitas Negeri Jember. Akhirnya aku memilih mendaftar di Universitas
Negeri Jember jurusan Pendidikan Sosiologi, Ku taruh Universitas ini di pilihan
kedua. Namun pilihan pertamaku adalah Universitas Negeri Surabaya jurusan ilmu
Komunikasi. Aku sangat mendambakan untuk bisa masuk di jurusan ilmu komunikasi
yang konon menjadi jurusan yang paling banyak diminati oleh kalangan millenial.
Dengan modal Bismillah aku memilih jurusan yang sangat berat ini.
Selang beberapa minggu kemudian, pendaftaran
masuk perguruan tinggi keagamaan Islam (SPAN-PTKIN) ini dibuka. Aku awalnya
enggan mau daftar di Universitas Islam Negeri. Aku juga sama sekali tidak tahu
jurusan apa saja yang ada di UIN. Aku hanya berpikir bahwa masuk UIN hanya
diajarkan hal hal yang berbau agama Islam seperti Fiqih, Aqidah, Tasawuf, Dakwah.
Alasan terbesarku enggan mau daftar ke UIN adalah enggan ketemu dengan bahasa
Arab, Aku selama belajar di Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah, hanya
pelajaran Bahasa Arab yang aku sangat tidak bisa kukuasai.
Namun, aku teringat pesan dari almarhum kakek
tiga bulan sebelum beliau meninggal dunia. “Le, lulus MA nanti, kamu kuliah di
UIN saja ya. Kalau bisa di Sunan Ampel itu.”ujar kakek sesaat aku hendak pulang
ke Lumajang sebelum beliau meninggal dunia. Hatiku mulai bergejolak hanya
karena pendaftaran ini, Aku seketika luluh mau mendaftar ke UIN karena rayuan
wali kelasku yaitu Pak Zaenal. Pak Zaenal ternyata paham akan cita citaku yang
ingin masuk ke jurusan Ilmu Komunikasi. Pak Zaenal memberitahukanku bahwa di
UIN itu juga ada Ilmu Komunikasi juga, apalagi di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Akhirnya aku luluh dan mau mendaftar ke UIN juga,
Setelah
kucari lagi, memang betul di UIN ada jurusan yang aku impikan yaitu
jurusan Ilmu Komunikasi, teutama di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Sunan
Ampel Surabaya. Namun yang kupilih untuk menjadi pilihan pertama adalah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. UIN Sunan Ampel Surabaya menjadi pilihan keduaku.
Namun, aku belum menentukan pilihan ketigaku untuk daftar SPAN-PTKIN.
Akhirnya aku memantapkan diri untuk memilih
jurusan Sejarah Peradaban Islam di UIN Sunan Ampel sebagai pilihan ketiga. Aku
mengenal jurusan Sejarah Peradaban Islam melalui kawan media maya ku yang
bernama Fatimah. Dia berasal dari Madiun. Awal mula aku kenal dirinya melalui
chat whatsapp. Dia tiba tiba bertanya seputar jurusan yang ada di Universitas
Brawijaya. Kebetulan aku juga masuk ke dalam grup grup whatsapp calon mahasiswa
baru di berbagai universitas salah satunya Universitas Brawijaya. Dia mengira bahwa
aku adalah mahasiswa UB. Dia kebetulan adalah orang pondokan yang sangat
sholehah. Aku telah belajar banyak seputar sejarah ke dia. Dia paham betul
mengenai sejarah sejarah kerajaan islam, sejarah sejarah eropa dan banyak lagi.
Setelah mendengarkan penjelasan dari Fatimah, aku menjadi tertarik masuk
jurusan Sejarah Peradaban Islam. Tapi itu tidak menghilangkan cita citaku untuk
masuk jurusan Ilmu Komunikasi.
Tak terasa waktu telah berganti begitu cepat.
Tak terasa juga aku sudah menghadapi ujian yang sangat banyak. Try Out, Ujian
Akhir Semester, Ujian Sekolah, Ujian Akhir Madrasah, dan Ujian Nasional harus
aku hadapi. Walaupun berat, aku tidak akan menyerah untuk menghadapi ujian
tersebut. Tak terasa pula, hasil pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) sudah keluar. Hasilnya cukup membuat hatiku teriris
iris. Aku dinyatakan tidak lulus SNMPTN. Aku merasa sedih sekali. Tapi aku
teringat masih ada satu pengumuman lagi yaitu pengumuman SPAN-PTKIN. Aku tetap
optimis aku pasti kuliah di Universtias Negeri. Dua minggu setelah pengumuman
SNMPTN, keluarlah pengumuman SPAN-PTKIN. Aku sudah bersiap siap untuk melihat
hasil pengumuman tersebut. Sambil ditemani segelas susu hangat dan disertai
dengan hujan yang sangat deras. Kubuka laptop dan kubuka website SPAN-PTKIN.
Hasilnya masih memprihatinkan sekali. Serasa seperti petir yang menyambar tepat
di hati. Aku merasa sedih sekali. Aku langsung mengurung diri di kamar tidur.
Lalu Bapak berusaha menenangkan aku.
“Le, sudahlah jangan sedih terus, masih ada
tes SBMPTN dan ujian mandiri le..” ujar Bapak sambil menepuk punggungku.
Akhirnya aku berusaha bangkit dari keterpurukan. Aku mulai baca buku buku tes
SBMPTN, ujian mandiri universitas negeri, dan tes tes sekolah kedinasan. Aku
juga menabung sisa sisa uang sakuku untuk biaya pendaftaran tes tes SBMPTN,
UMPTKIN, dan tes tes ujian mandiri lain.
Di titik inilah aku mulai bangkit. Aku
berusaha membaca baca buku buku yang memuat soal soal latihan SBMPTN dari tahun
2010 hingga tahun 2017. Aku berusaha mencari tutorial untuk mengerjakan tes
SBMPTN dengan baik dan benar. Aku juga mencari strategi supaya lulus tes SBMPTN
2018.
Tanggal 17 April 2018, merupakan tanggal
disaat aku mendaftar tes SBMPTN 2018. Aku sempat bingung untuk memilih
universitas dan jurusan yang pas. Aku juga meminta pertimbangan kepada orang
tuaku.
“Pak, Bu, akau mau daftar SBMPTN ya..” Kataku
dengan nada halus kepada Bapak dan Ibuku
“Sip le, tapi kamu mau daftar dimana le?”
Tanya bapakku
“Wah, di Jember aja. Di Unej le. Biar bapak
sama ibu gampang mau nyambangi kamu” Ujar ibuku
“Wah betul tuh kata ibumu, di Jember aja.
Sekalian milihnya itu jurusan yang berbau pendidikkan supaya kamu kelak bisa
jadi guru” Kata bapak
“Heemm anu pak, bu, sebetulnya aku ingin
daftar di Unesa jurusan Ilmu Komunikasi.” Jawab aku bernada pelan.
“Kalo di Unesa Surabaya nggak apa, toh kampus
itu dekat dengan rumah mbah. Nanti kamu nggak perlu nge kos lagi kalau disana.”
Jawab ibu
“Wah betul juga, aku setujui kamu kuliah di
luar kota Lumajang, asalkan kamu kuliah di Universitas Negeri. Kalo kamu pengen
kuliah di luar kota tapi universitasnya swasta, Bapak nggak akan izinin kamu.
Mending kalo swasta, kuliah di Lumajang aja, hemat biaya.” Ujar bapak sambil
meminum kopi
“Enggeh pak, aku akan berusaha semaksimal
mungkin untuk bisa keterima di universitas negeri pak.” Kataku untuk meyakinkan
bapak ibuku
Akhirnya aku memutuskan untuk memilih
Universitas Negeri Surabaya jurusan Ilmu Komunikasi menjadi pilihan pertamaku.
Di pilihan kedua kupilih Universitas Negeri Jember jurusan Pendidikan Geografi.
Dan di pilihan ketiga, aku memilih UIN Sunan Ampel Surabaya jurusan Ilmu
Komunikasi. Aku memang mengincar jurusan Ilmu Komunikasi sejak lama karena aku
sangat menekuni di bidang tulis menulis dan jurnalistik. Aku pun mantap dan
optimis bakal keterima di jurusan yang aku inginkan.
Tanggal 20 Juni 2018, Pendaftaran tes UMPTKIN
2018 dibuka. Sebetulnya aku tidak tertarik untuk mendaftarkan diri masuk ke
perguruan tinggi keagamaan. Mungkin aku mulai jenuh karena sudah 6 tahun aku
menimba ilmu di sekolah keagamaan. Namun bapakku malah menggertakku.
“Le, daftarlah kamu di tes UMPTKIN. Siapa tahu
rezekimu di Perguruan Tinggi Islam Negeri.” Kata bapak sambil menyeruput kopi
susu yang hangat.
“Aku sudah jenuh pak, SMP aku sekolah di
madrasah, SMA aku juga sekolah di madrasah, Masa kuliah aku harus ke
Universitas Agama..” Kataku sambil nada kesal.
“Ya udah, kalau kamu nggak mau daftar UMPTKIN
nggak apa terserah kamu, tapi kalau kamu tidak lulus SBMPTN, Bapak nggak akan
izinin kamu kuliah di luar kota Lumajang.!” Ancam bapak sambil mengultimatumku
“Ya udah deh, aku mau daftar UMPTKIN. Yang
penting aku bisa masuk di Universitas Negeri”, kataku sambil nyerah
Akhirnya Aku mau mendaftar tes UMPTKIN 2018.
Aku langsung memilih 2 Universitas Islam Negeri favorit di Indonesia, yaitu UIN
Sunan Ampel Surabaya dan UIN Malang. Di Uin Sunan Ampel aku memilih 2 jurusan
yaitu Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam dan Sejarah Peradaban Islam. Sedangkan di
UIN Malang, aku memilih 1 jurusan yaitu jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI). Selain aku mendaftar tes SBMPTN dan UMPTKIN, Aku juga
mendaftar di Sekolah Tinggi Multimedia di Yogyakarta. Aku mulai bergerilya
untuk mendaftar di Universitas Negeri.
Tanggal 5 Mei merupakan tanggal yang berarti
bagiku. Di hari itu, aku melaksanakan Tes SBMPTN di Universitas Negeri Jember.
Tepat di gedung Fakultas Ekonomi Bisnis, aku mengerjakan tes SBMPTN. Gedungnya
lumayan bagus sih. Kebetulan juga, aku memilih tes SBMPTN menggunakan komputer
daripada menggunakan kertas dengan harapan aku bisa lancar mengerjakan SBMPTN
nya tanpa ada kendala.
Namun diluar dugaan, tiba tiba komputer yang
aku pakai buat ujian itu langsung blue screen. Aku tiba tiba shok. Aku
tidak percaya bakal terjadi kejadian semacam itu. Tingkat kepercayaan diriku
tiba tiba langsung turun drastis. Aku langsung pesimis bisa lulus SBMPTN.
Walaupun pada akhirnya komputerku bisa dinyalakan kembali, tapi aku pesimistis
untuk lulus SBMPTN.
Dua minggu kemudian tepatnya tanggal 25 Mei
2018, Aku melaksanakan ujian UMPTKIN di kampus UIN Surabaya. Namun dua hari
sebelum itu, terjadi bom yang melanda kota Surabaya. Bom itu meledakkan 3
bangunan gereja sekaligus dalam waktu sehari. Tidak hanya itu saja, bom itu
juga terjadi lagi di polres kota Surabaya dan Rusunawa Wonocolo setelah
terjadinya bom 3 gereja. Hal inilah membuat suasana kota Surabaya mencekam
bagaikan di medan perang. Waktu itu, aku masih deg deg an untuk pergi ke kota
Surabaya. Tapi dengan tekad kuat dan keyakinan kuat, aku memberanikan diri
pergi ke kota Surabaya untuk menjalani tes UMPTKIN.
Aku menjalani tes UMPTKIN di gedung lab bahasa
UIN Surabaya. Selama aku disana, perasaanku campur aduk gitu. Campur aduk
tegang karena ujian dan takut tiba tiba di bom mendadak. Aku menjalani tes
UMPTKIN menggunakan komputer lagi. Awalnya aku was was takut komputer yang
kupakai ujian itu tiba tiba Blue Screen. Namun, Alhamdulillah ujiannya
berlangsung normal tanpa adanya kendala apapun. Pengawasnya juga baik hati
pula.
Setelah aku menjalani ujian UMPTKIN, aku
menginap di rumah Mbah bersama Mbak Fida, kakak kandungku yang kebetulan kerja
di Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Aku baru kali ini merasakan suasana sepi di
kota Surabaya. Tidak banyak kendaraa yang berlalu lalang di kota Surabaya ini.
Sepi dan sunyi keadaan Surabaya pasca terjadinya bom 3 gereja dan bom polresta
Surabaya.
Pengumuman SBMPTN dan UMPTKIN sekitar bulan
Juli. Aku sudah bosen menunggu terlalu lama ini. Kawan kawanku seperti Sholeh,
Resky, dan Aldi mengajakku untuk Ngelayap ke pantai Bambang, dan pantai
Dampar untuk menghilangkan rasa jenuhku. Aku hanya menyanggupi ajakan mereka
ketika pergi ke pantai Dampar. Setelah aku holiday ke pantai Dampar, aku
langsung di ultimatum sama Bapak.
”Le, kamu mulai besok jangan Ngelayap kemana
mana sebelum kamu sudah ketrima di perguruan tinggi negeri. Kalo kamu masih Ngelayap
trus nanti hasil SBM dan UMPTKIN mu nggak lulus, Bapak kuliahin kamu di
Lumajang saja..!” Ultimatum Bapak kepadaku.
”Iya Le, di masa masa menunggu pengumuman itu
mbok ya o kamu itu tirakat, Nggak usah seneng seneng dulu. Nanti kalo kamu
sudah dinyatakan ketrima di perguruan tinggi negeri, kamu boleh ngelayap kemanapun
sama temen temenmu.” Kata ibu
“Enggeh bu.” Jawab aku sambil menunduk
Sejak saat itu, aku mulai mematuhi ultimatum
Bapak dan Ibu. Walaupun begitu, masih ada aja godaan godaan untuk melanggar
ultimatum dari Bapak dan Ibu. Aku sering diajak nongkrong di kedai oleh Sholeh,
Resky, dan Aldi, namun itu kutolak. Aku lebih memilih untuk tidak kemana mana
daripada aku kena azab. Walaupun nantinya aku dianggap tidak setia kawan,
dirasuki oleh jin supaya aku menghindar dari mereka, aku tidak peduli.
Tanggal 3 Juli merupakan tanggal pengumuman
SBMPTN. Aku bersiap siap untuk menunggu kejutan dari SBMPTN itu. Dan alhasil,
aku tidak lulus SBMPTN. Setelah melihat pengumuman itu, hatiku terasa hancur
berkeping keping. Aku tidak menyangka, akan terjadi momen memilukan lagi. Aku
sangat terpukul.
Di saat itu, aku merasakan stress yang amat
sangat. Hampir aku mengalami depresi yang sangat mendalam. Aku langsung
mengurung diriku di kamar mandi. Tak tahu lagi aku harus ngapain melihat
pengumuman yang sangat menyakitkan ini. Bapak dan Ibu sampai mendobrak pintu
kamar mandi berkali kali.
“LE, BUKA PINTUNYA LEE.. KAMU JANGAN STRESS
GITU LEE..” Bentak bapak di luar kamar mandi.
“IYA LEE, KAMU MASIH PUNYA SATU KESEMPATAN
UNTUK LULUS KE PERGURUAN TINGGI NEGERI..” kata ibu sambil mendobrak pintu kamar
mandi.
“LEE.. AYO JANGAN NGURUNG DIRI DI KAMAR MANDI
GINI, IKHLASIN AJA LEE.. SIAPA TAHU ALLAH AKAN MENEMPATKAN DIRIMU KE TEMPAT
YANG TERBAIK MENURUT ALLAH..” Kata bapak sambil mendobrak pintu.
“IYA LEE, MUNGKIN ADA HIKMAH DIBALIK KAMU GAK
LULUS SBMPTN INI. AYO LEE BANGKIIT JANGAN MENGURUNG DIRI DI KAMAR MANDI TERUS.”
Kata ibu sambil menangis
Seketika itu, aku langsung teringat lagu
dangdut Banyuwangi ciptaan Demy Yoker yang berjudul Loro Ati. Di lagu
itu aku langsung pada lirik terakhir lagu itu yang berbunyi “Sun yakin liyo
dino, sun oleh ganti hang lebih sempurno” yang artinya “Ku yakin di lain
hari, ku dapat gantinya yang lebih sempurna.” Disitulah aku mulai sadar,
mungkin hari ini aku tidak keterima SBMPTN, tapi aku yakin Allah mempunyai
rencana lain yang lebih sempurna yang aku sendiri tidak tahu juga. Dan aku juga
teringat bahwa aku masih mempunyai satu kesempatan pengumuman UMPTKIN. Aku baru
sadar, anjuran Bapak untuk mencoba ikut tes UMPTKIN yang sempat kutentang
ternyata ada hikmahnya. Jika seandainya aku tidak menuruti anjuran Bapak,
mungkin aku tidak punya harapan lagi untuk kuliah di perguruan tinggi negeri.
Pengumuman UMPTKIN diadakan sekitar tanggal 10
Juli 2018. Namun, sudah mulai banyak pendaftaran pendaftaran jalur mandiri. Aku
minta izin ke Bapak dan Ibu untuk ikut tes mandiri Perguruan Tinggi Negeri.
Akhirnya aku hanya dibolehin mendaftar tes mandiri UM, UIN Surabaya, Unesa dan
Unej saja. Aku mencoba daftar itu semua. Walau menguras uang yang nggak
sedikit, tapi setidaknya aku berusaha membahagiakan orang tua.
Tak terasa sudah tanggal 10 Juli 2018. Ibu
sudah menghubungi mbak Fida untuk melihat hasil pengumuman itu karena kalau
pakai jaringan seluler rumah pasti lemot nggak karuan. Tapi sudah sekitar 2 jam
an aku menunggu kabar lulus atau tidaknya. Tidak ada informasi dari Mbak Fida.
Aku langsung berinisiatif untuk melihat sendiri pengumuman UMPTKIN di link
umptkin.ac.id. Setelah kubuka, akhirnya aku dinyatakan lulus UMPTKIN dan masuk
di UIN Surabaya Program Studi Sejarah Peradaban Islam.
“BU, AKU LULUS UMPTKIN BUU..” kataku sambil
menangis terharu
“ALHAMDULILLAH YA ALLAAH... ANAKKU LULUUS.
Ketrima dimana kamu lee..” Tanya ibu sambil menangis terharu juga
“Di UIN Surabaya bu, jurusan Sejarah Peradaban
Islam bu..” Kataku
“ALHAMDULILLAAH... Kamu kuliah di Surabaya,
bisa menemani mbakmu sama mbahmu.” Kata ibu
“Enggeh bu”
Namaku adalah Reza Juniantara Pahlevi. Aku
dilahirkan di sebuah kota yang sangat terpencil dan jauh dari pusat keramaian
kota yaitu kota Lumajang. Kota yang terkenal dengan sebuah gunung yang sangat megah
di pulau Jawa yaitu gunung Semeru. Walaupun kota ini sangatlah jauh dari
keramaian, namun bagiku kota ini menyimpan sejuta kenangan disana.
Pada bulan Januari 2018, aku semakin bingung
untuk memilih kampus mana yang cocok buatku untuk kuliah nantinya. Bapak dan
Ibuku hanya merestui aku untuk kuliah di dua kota saja yaitu Jember dan
Surabaya. Bapak juga menyarankan untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Islam
karena aku berasal dari Madrasah Aliyah. Menurut Bapak supaya ilmu agama yang
kupelajari saat sekolah di Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah ini tidak
hilang. Ibu ku juga menyetujui saran dari Bapak. Namun aku punya pendirian lain
yaitu ingin masuk Universitas Negeri yang umum tidak berbau agama lagi.
Menurutku biar ada perubahan yang lebih baik kedepannya.
Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2018 sudah dibuka, Kawan kawan ku banyak yang
memilih Universitas yang bagus bagus. Banyak juga dari kawan kawanku berbondong
mendaftar ke Universitas Brawijaya Malang, Universitas Negeri Malang,
Universitas Gajah Mada Yogyakarta dab Universitas Indonesia. Kebetulan seleksi
ini menggunakan nilai rapor dan gratis tanpa biaya pendaftaran. Aku pun mulai
kebingungan memilih kampus mana yang akan aku tuju.
Aku bertanya tanya ke semua orang baik dari
guru BK, wali kelas, sahabat-sahabatku, hingga ke Bapak dan Ibu. Aku melihat
kedua orang sahabatku yaitu Soleh dan Hamzah mendaftar di kampus yang sama
yaitu Universitas Negeri Jember. Akhirnya aku memilih mendaftar di Universitas
Negeri Jember jurusan Pendidikan Sosiologi, Ku taruh Universitas ini di pilihan
kedua. Namun pilihan pertamaku adalah Universitas Negeri Surabaya jurusan ilmu
Komunikasi. Aku sangat mendambakan untuk bisa masuk di jurusan ilmu komunikasi
yang konon menjadi jurusan yang paling banyak diminati oleh kalangan millenial.
Dengan modal Bismillah aku memilih jurusan yang sangat berat ini.
Selang beberapa minggu kemudian, pendaftaran
masuk perguruan tinggi keagamaan Islam (SPAN-PTKIN) ini dibuka. Aku awalnya
enggan mau daftar di Universitas Islam Negeri. Aku juga sama sekali tidak tahu
jurusan apa saja yang ada di UIN. Aku hanya berpikir bahwa masuk UIN hanya
diajarkan hal hal yang berbau agama Islam seperti Fiqih, Aqidah, Tasawuf, Dakwah.
Alasan terbesarku enggan mau daftar ke UIN adalah enggan ketemu dengan bahasa
Arab, Aku selama belajar di Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah, hanya
pelajaran Bahasa Arab yang aku sangat tidak bisa kukuasai.
Namun, aku teringat pesan dari almarhum kakek
tiga bulan sebelum beliau meninggal dunia. “Le, lulus MA nanti, kamu kuliah di
UIN saja ya. Kalau bisa di Sunan Ampel itu.”ujar kakek sesaat aku hendak pulang
ke Lumajang sebelum beliau meninggal dunia. Hatiku mulai bergejolak hanya
karena pendaftaran ini, Aku seketika luluh mau mendaftar ke UIN karena rayuan
wali kelasku yaitu Pak Zaenal. Pak Zaenal ternyata paham akan cita citaku yang
ingin masuk ke jurusan Ilmu Komunikasi. Pak Zaenal memberitahukanku bahwa di
UIN itu juga ada Ilmu Komunikasi juga, apalagi di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Akhirnya aku luluh dan mau mendaftar ke UIN juga,
Setelah
kucari lagi, memang betul di UIN ada jurusan yang aku impikan yaitu
jurusan Ilmu Komunikasi, teutama di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Sunan
Ampel Surabaya. Namun yang kupilih untuk menjadi pilihan pertama adalah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. UIN Sunan Ampel Surabaya menjadi pilihan keduaku.
Namun, aku belum menentukan pilihan ketigaku untuk daftar SPAN-PTKIN.
Akhirnya aku memantapkan diri untuk memilih
jurusan Sejarah Peradaban Islam di UIN Sunan Ampel sebagai pilihan ketiga. Aku
mengenal jurusan Sejarah Peradaban Islam melalui kawan media maya ku yang
bernama Fatimah. Dia berasal dari Madiun. Awal mula aku kenal dirinya melalui
chat whatsapp. Dia tiba tiba bertanya seputar jurusan yang ada di Universitas
Brawijaya. Kebetulan aku juga masuk ke dalam grup grup whatsapp calon mahasiswa
baru di berbagai universitas salah satunya Universitas Brawijaya. Dia mengira bahwa
aku adalah mahasiswa UB. Dia kebetulan adalah orang pondokan yang sangat
sholehah. Aku telah belajar banyak seputar sejarah ke dia. Dia paham betul
mengenai sejarah sejarah kerajaan islam, sejarah sejarah eropa dan banyak lagi.
Setelah mendengarkan penjelasan dari Fatimah, aku menjadi tertarik masuk
jurusan Sejarah Peradaban Islam. Tapi itu tidak menghilangkan cita citaku untuk
masuk jurusan Ilmu Komunikasi.
Tak terasa waktu telah berganti begitu cepat.
Tak terasa juga aku sudah menghadapi ujian yang sangat banyak. Try Out, Ujian
Akhir Semester, Ujian Sekolah, Ujian Akhir Madrasah, dan Ujian Nasional harus
aku hadapi. Walaupun berat, aku tidak akan menyerah untuk menghadapi ujian
tersebut. Tak terasa pula, hasil pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) sudah keluar. Hasilnya cukup membuat hatiku teriris
iris. Aku dinyatakan tidak lulus SNMPTN. Aku merasa sedih sekali. Tapi aku
teringat masih ada satu pengumuman lagi yaitu pengumuman SPAN-PTKIN. Aku tetap
optimis aku pasti kuliah di Universtias Negeri. Dua minggu setelah pengumuman
SNMPTN, keluarlah pengumuman SPAN-PTKIN. Aku sudah bersiap siap untuk melihat
hasil pengumuman tersebut. Sambil ditemani segelas susu hangat dan disertai
dengan hujan yang sangat deras. Kubuka laptop dan kubuka website SPAN-PTKIN.
Hasilnya masih memprihatinkan sekali. Serasa seperti petir yang menyambar tepat
di hati. Aku merasa sedih sekali. Aku langsung mengurung diri di kamar tidur.
Lalu Bapak berusaha menenangkan aku.
“Le, sudahlah jangan sedih terus, masih ada
tes SBMPTN dan ujian mandiri le..” ujar Bapak sambil menepuk punggungku.
Akhirnya aku berusaha bangkit dari keterpurukan. Aku mulai baca buku buku tes
SBMPTN, ujian mandiri universitas negeri, dan tes tes sekolah kedinasan. Aku
juga menabung sisa sisa uang sakuku untuk biaya pendaftaran tes tes SBMPTN,
UMPTKIN, dan tes tes ujian mandiri lain.
Di titik inilah aku mulai bangkit. Aku
berusaha membaca baca buku buku yang memuat soal soal latihan SBMPTN dari tahun
2010 hingga tahun 2017. Aku berusaha mencari tutorial untuk mengerjakan tes
SBMPTN dengan baik dan benar. Aku juga mencari strategi supaya lulus tes SBMPTN
2018.
Tanggal 17 April 2018, merupakan tanggal
disaat aku mendaftar tes SBMPTN 2018. Aku sempat bingung untuk memilih
universitas dan jurusan yang pas. Aku juga meminta pertimbangan kepada orang
tuaku.
“Pak, Bu, akau mau daftar SBMPTN ya..” Kataku
dengan nada halus kepada Bapak dan Ibuku
“Sip le, tapi kamu mau daftar dimana le?”
Tanya bapakku
“Wah, di Jember aja. Di Unej le. Biar bapak
sama ibu gampang mau nyambangi kamu” Ujar ibuku
“Wah betul tuh kata ibumu, di Jember aja.
Sekalian milihnya itu jurusan yang berbau pendidikkan supaya kamu kelak bisa
jadi guru” Kata bapak
“Heemm anu pak, bu, sebetulnya aku ingin
daftar di Unesa jurusan Ilmu Komunikasi.” Jawab aku bernada pelan.
“Kalo di Unesa Surabaya nggak apa, toh kampus
itu dekat dengan rumah mbah. Nanti kamu nggak perlu nge kos lagi kalau disana.”
Jawab ibu
“Wah betul juga, aku setujui kamu kuliah di
luar kota Lumajang, asalkan kamu kuliah di Universitas Negeri. Kalo kamu pengen
kuliah di luar kota tapi universitasnya swasta, Bapak nggak akan izinin kamu.
Mending kalo swasta, kuliah di Lumajang aja, hemat biaya.” Ujar bapak sambil
meminum kopi
“Enggeh pak, aku akan berusaha semaksimal
mungkin untuk bisa keterima di universitas negeri pak.” Kataku untuk meyakinkan
bapak ibuku
Akhirnya aku memutuskan untuk memilih
Universitas Negeri Surabaya jurusan Ilmu Komunikasi menjadi pilihan pertamaku.
Di pilihan kedua kupilih Universitas Negeri Jember jurusan Pendidikan Geografi.
Dan di pilihan ketiga, aku memilih UIN Sunan Ampel Surabaya jurusan Ilmu
Komunikasi. Aku memang mengincar jurusan Ilmu Komunikasi sejak lama karena aku
sangat menekuni di bidang tulis menulis dan jurnalistik. Aku pun mantap dan
optimis bakal keterima di jurusan yang aku inginkan.
Tanggal 20 Juni 2018, Pendaftaran tes UMPTKIN
2018 dibuka. Sebetulnya aku tidak tertarik untuk mendaftarkan diri masuk ke
perguruan tinggi keagamaan. Mungkin aku mulai jenuh karena sudah 6 tahun aku
menimba ilmu di sekolah keagamaan. Namun bapakku malah menggertakku.
“Le, daftarlah kamu di tes UMPTKIN. Siapa tahu
rezekimu di Perguruan Tinggi Islam Negeri.” Kata bapak sambil menyeruput kopi
susu yang hangat.
“Aku sudah jenuh pak, SMP aku sekolah di
madrasah, SMA aku juga sekolah di madrasah, Masa kuliah aku harus ke
Universitas Agama..” Kataku sambil nada kesal.
“Ya udah, kalau kamu nggak mau daftar UMPTKIN
nggak apa terserah kamu, tapi kalau kamu tidak lulus SBMPTN, Bapak nggak akan
izinin kamu kuliah di luar kota Lumajang.!” Ancam bapak sambil mengultimatumku
“Ya udah deh, aku mau daftar UMPTKIN. Yang
penting aku bisa masuk di Universitas Negeri”, kataku sambil nyerah
Akhirnya Aku mau mendaftar tes UMPTKIN 2018.
Aku langsung memilih 2 Universitas Islam Negeri favorit di Indonesia, yaitu UIN
Sunan Ampel Surabaya dan UIN Malang. Di Uin Sunan Ampel aku memilih 2 jurusan
yaitu Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam dan Sejarah Peradaban Islam. Sedangkan di
UIN Malang, aku memilih 1 jurusan yaitu jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI). Selain aku mendaftar tes SBMPTN dan UMPTKIN, Aku juga
mendaftar di Sekolah Tinggi Multimedia di Yogyakarta. Aku mulai bergerilya
untuk mendaftar di Universitas Negeri.
Tanggal 5 Mei merupakan tanggal yang berarti
bagiku. Di hari itu, aku melaksanakan Tes SBMPTN di Universitas Negeri Jember.
Tepat di gedung Fakultas Ekonomi Bisnis, aku mengerjakan tes SBMPTN. Gedungnya
lumayan bagus sih. Kebetulan juga, aku memilih tes SBMPTN menggunakan komputer
daripada menggunakan kertas dengan harapan aku bisa lancar mengerjakan SBMPTN
nya tanpa ada kendala.
Namun diluar dugaan, tiba tiba komputer yang
aku pakai buat ujian itu langsung blue screen. Aku tiba tiba shok. Aku
tidak percaya bakal terjadi kejadian semacam itu. Tingkat kepercayaan diriku
tiba tiba langsung turun drastis. Aku langsung pesimis bisa lulus SBMPTN.
Walaupun pada akhirnya komputerku bisa dinyalakan kembali, tapi aku pesimistis
untuk lulus SBMPTN.
Dua minggu kemudian tepatnya tanggal 25 Mei
2018, Aku melaksanakan ujian UMPTKIN di kampus UIN Surabaya. Namun dua hari
sebelum itu, terjadi bom yang melanda kota Surabaya. Bom itu meledakkan 3
bangunan gereja sekaligus dalam waktu sehari. Tidak hanya itu saja, bom itu
juga terjadi lagi di polres kota Surabaya dan Rusunawa Wonocolo setelah
terjadinya bom 3 gereja. Hal inilah membuat suasana kota Surabaya mencekam
bagaikan di medan perang. Waktu itu, aku masih deg deg an untuk pergi ke kota
Surabaya. Tapi dengan tekad kuat dan keyakinan kuat, aku memberanikan diri
pergi ke kota Surabaya untuk menjalani tes UMPTKIN.
Aku menjalani tes UMPTKIN di gedung lab bahasa
UIN Surabaya. Selama aku disana, perasaanku campur aduk gitu. Campur aduk
tegang karena ujian dan takut tiba tiba di bom mendadak. Aku menjalani tes
UMPTKIN menggunakan komputer lagi. Awalnya aku was was takut komputer yang
kupakai ujian itu tiba tiba Blue Screen. Namun, Alhamdulillah ujiannya
berlangsung normal tanpa adanya kendala apapun. Pengawasnya juga baik hati
pula.
Setelah aku menjalani ujian UMPTKIN, aku
menginap di rumah Mbah bersama Mbak Fida, kakak kandungku yang kebetulan kerja
di Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Aku baru kali ini merasakan suasana sepi di
kota Surabaya. Tidak banyak kendaraa yang berlalu lalang di kota Surabaya ini.
Sepi dan sunyi keadaan Surabaya pasca terjadinya bom 3 gereja dan bom polresta
Surabaya.
Pengumuman SBMPTN dan UMPTKIN sekitar bulan
Juli. Aku sudah bosen menunggu terlalu lama ini. Kawan kawanku seperti Sholeh,
Resky, dan Aldi mengajakku untuk Ngelayap ke pantai Bambang, dan pantai
Dampar untuk menghilangkan rasa jenuhku. Aku hanya menyanggupi ajakan mereka
ketika pergi ke pantai Dampar. Setelah aku holiday ke pantai Dampar, aku
langsung di ultimatum sama Bapak.
”Le, kamu mulai besok jangan Ngelayap kemana
mana sebelum kamu sudah ketrima di perguruan tinggi negeri. Kalo kamu masih Ngelayap
trus nanti hasil SBM dan UMPTKIN mu nggak lulus, Bapak kuliahin kamu di
Lumajang saja..!” Ultimatum Bapak kepadaku.
”Iya Le, di masa masa menunggu pengumuman itu
mbok ya o kamu itu tirakat, Nggak usah seneng seneng dulu. Nanti kalo kamu
sudah dinyatakan ketrima di perguruan tinggi negeri, kamu boleh ngelayap kemanapun
sama temen temenmu.” Kata ibu
“Enggeh bu.” Jawab aku sambil menunduk
Sejak saat itu, aku mulai mematuhi ultimatum
Bapak dan Ibu. Walaupun begitu, masih ada aja godaan godaan untuk melanggar
ultimatum dari Bapak dan Ibu. Aku sering diajak nongkrong di kedai oleh Sholeh,
Resky, dan Aldi, namun itu kutolak. Aku lebih memilih untuk tidak kemana mana
daripada aku kena azab. Walaupun nantinya aku dianggap tidak setia kawan,
dirasuki oleh jin supaya aku menghindar dari mereka, aku tidak peduli.
Tanggal 3 Juli merupakan tanggal pengumuman
SBMPTN. Aku bersiap siap untuk menunggu kejutan dari SBMPTN itu. Dan alhasil,
aku tidak lulus SBMPTN. Setelah melihat pengumuman itu, hatiku terasa hancur
berkeping keping. Aku tidak menyangka, akan terjadi momen memilukan lagi. Aku
sangat terpukul.
Di saat itu, aku merasakan stress yang amat
sangat. Hampir aku mengalami depresi yang sangat mendalam. Aku langsung
mengurung diriku di kamar mandi. Tak tahu lagi aku harus ngapain melihat
pengumuman yang sangat menyakitkan ini. Bapak dan Ibu sampai mendobrak pintu
kamar mandi berkali kali.
“LE, BUKA PINTUNYA LEE.. KAMU JANGAN STRESS
GITU LEE..” Bentak bapak di luar kamar mandi.
“IYA LEE, KAMU MASIH PUNYA SATU KESEMPATAN
UNTUK LULUS KE PERGURUAN TINGGI NEGERI..” kata ibu sambil mendobrak pintu kamar
mandi.
“LEE.. AYO JANGAN NGURUNG DIRI DI KAMAR MANDI
GINI, IKHLASIN AJA LEE.. SIAPA TAHU ALLAH AKAN MENEMPATKAN DIRIMU KE TEMPAT
YANG TERBAIK MENURUT ALLAH..” Kata bapak sambil mendobrak pintu.
“IYA LEE, MUNGKIN ADA HIKMAH DIBALIK KAMU GAK
LULUS SBMPTN INI. AYO LEE BANGKIIT JANGAN MENGURUNG DIRI DI KAMAR MANDI TERUS.”
Kata ibu sambil menangis
Seketika itu, aku langsung teringat lagu
dangdut Banyuwangi ciptaan Demy Yoker yang berjudul Loro Ati. Di lagu
itu aku langsung pada lirik terakhir lagu itu yang berbunyi “Sun yakin liyo
dino, sun oleh ganti hang lebih sempurno” yang artinya “Ku yakin di lain
hari, ku dapat gantinya yang lebih sempurna.” Disitulah aku mulai sadar,
mungkin hari ini aku tidak keterima SBMPTN, tapi aku yakin Allah mempunyai
rencana lain yang lebih sempurna yang aku sendiri tidak tahu juga. Dan aku juga
teringat bahwa aku masih mempunyai satu kesempatan pengumuman UMPTKIN. Aku baru
sadar, anjuran Bapak untuk mencoba ikut tes UMPTKIN yang sempat kutentang
ternyata ada hikmahnya. Jika seandainya aku tidak menuruti anjuran Bapak,
mungkin aku tidak punya harapan lagi untuk kuliah di perguruan tinggi negeri.
Pengumuman UMPTKIN diadakan sekitar tanggal 10
Juli 2018. Namun, sudah mulai banyak pendaftaran pendaftaran jalur mandiri. Aku
minta izin ke Bapak dan Ibu untuk ikut tes mandiri Perguruan Tinggi Negeri.
Akhirnya aku hanya dibolehin mendaftar tes mandiri UM, UIN Surabaya, Unesa dan
Unej saja. Aku mencoba daftar itu semua. Walau menguras uang yang nggak
sedikit, tapi setidaknya aku berusaha membahagiakan orang tua.
Tak terasa sudah tanggal 10 Juli 2018. Ibu
sudah menghubungi mbak Fida untuk melihat hasil pengumuman itu karena kalau
pakai jaringan seluler rumah pasti lemot nggak karuan. Tapi sudah sekitar 2 jam
an aku menunggu kabar lulus atau tidaknya. Tidak ada informasi dari Mbak Fida.
Aku langsung berinisiatif untuk melihat sendiri pengumuman UMPTKIN di link
umptkin.ac.id. Setelah kubuka, akhirnya aku dinyatakan lulus UMPTKIN dan masuk
di UIN Surabaya Program Studi Sejarah Peradaban Islam.
“BU, AKU LULUS UMPTKIN BUU..” kataku sambil
menangis terharu
“ALHAMDULILLAH YA ALLAAH... ANAKKU LULUUS.
Ketrima dimana kamu lee..” Tanya ibu sambil menangis terharu juga
“Di UIN Surabaya bu, jurusan Sejarah Peradaban
Islam bu..” Kataku
“ALHAMDULILLAAH... Kamu kuliah di Surabaya,
bisa menemani mbakmu sama mbahmu.” Kata ibu
“Enggeh bu”
Aku menghubungi kawan kawanku tentang UMPTKIN.
Hanya aku dan Hamzah yang lulus UMPTKIN. Sholeh sendiri tidak lulus UMPTKIN.
Sedangkan Aldi memang sudah ketrima di Politeknik Malang.
Aku sangat bersyukur sekali telah mematuhi
ultimatum dan anjuran dari Bapak dan Ibu. Terkadang anjuran, nasehat dan
ultimatum dari Bapak dan Ibu itu menyakitkan, tapi percayalah. Ketika kalian
mematuhi anjuran dan nasehat Ibu dan bapak selama anjuran dan nasehat itu tidak
bertentangan dengan agama, maka akan menciptakan kebahagiaan tersendiri.Orang
tua tidak akan menjerumuskan anaknya. Orang tua akan selalu melindungi anaknya.
Dari sinilah aku mempelajari betapa pentingnya untuk Tawadhu kepada kedua orang
tua.
Aku menghubungi kawan kawanku tentang UMPTKIN.
Hanya aku dan Hamzah yang lulus UMPTKIN. Sholeh sendiri tidak lulus UMPTKIN.
Sedangkan Aldi memang sudah ketrima di Politeknik Malang.
Aku sangat bersyukur sekali telah mematuhi
ultimatum dan anjuran dari Bapak dan Ibu. Terkadang anjuran, nasehat dan
ultimatum dari Bapak dan Ibu itu menyakitkan, tapi percayalah. Ketika kalian
mematuhi anjuran dan nasehat Ibu dan bapak selama anjuran dan nasehat itu tidak
bertentangan dengan agama, maka akan menciptakan kebahagiaan tersendiri.Orang
tua tidak akan menjerumuskan anaknya. Orang tua akan selalu melindungi anaknya.
Dari sinilah aku mempelajari betapa pentingnya untuk Tawadhu kepada kedua orang
tua.